sumber: Kompas Cetak
| Inggried Dwi Wedhaswary | Sabtu, 14 Januari 2012 | 08:42 WIB KOMPAS/ANDY RIZA HIDAYATPesepeda dari Adventuriders melintasi pematang ladang di kawasan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (12/1)
Andy Riza Hidayat dan Antony Lee
KOMPAS.com - Tinggalkan penat kota Jakarta. Kayuhlah sepeda ke alam bebas, menjajal sensasi medan liar dan menikmati kehidupan warga di selatan Jakarta. Bersiaplah bersepeda di jalan tanah pematang sawah, ladang, hutan, kemudian singgah di warung-warung kampung.
Hari itu, tanah masih basah akibat hujan semalam. Kamis (12/1) sekitar pukul 07.00, empat anggota Adventuriders membuat janji bertemu di Perumahan Raffles Hills, Cibubur, Depok, Jawa Barat. Mereka berencana menyusuri jalur alam bebas ke kaki Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Tidak lama setelah berkumpul, melakukan pemanasan, dan menyetel sepeda, mereka mengayuh sepeda melipir jalan tanah keluar perumahan tersebut.
Tanah kemerahan yang mereka lintasi sedikit liat sehingga diperlukan teknik mengayuh agar tidak terpeleset jatuh. Apalagi, medan jalan naik-turun secara alami. Jalur tanah seperti itu memang menjadi pencarian mereka. Sensasinya tidak terkatakan.
Komunitas ini memiliki rute alam bebas dengan jarak tempuh mulai 19 kilometer sampai 60 km. Rute tersebut menjangkau area Depok, Bekasi, dan Bogor. Setiap rute tidak melulu tanah, seperti ketika mereka menuju kaki Gunung Putri. Ada area perkampungan dengan jalan berbatu dan beton, sesekali (karena tidak ada pilihan) melintasi aspal perumahan.
Petualangan ini dapat dinikmati di kaki Gunung Putri dan lereng Gunung Salak. Komunitas sepeda pencinta alam bebas biasa menyusuri rute tersebut dari Depok atau Kota Bogor, tergantung kesepakatan dengan rekan sepetualangan.
”Sensasinya tidak terkatakan. Murah dan menyehatkan. Mulanya hanya mencoba, kemudian ketagihan sampai sekarang,” tutur Budhi Yudhiono (43), dedengkot komunitas pesepeda Adventuriders.
Hal yang sama dilakukan tiga lelaki dari komunitas pesepeda Bogor, menembus alam ke kaki Gunung Salak. Mereka menjajal rute Tajurhalang yang sudah lumayan kondang di kalangan pencinta sepeda. Rute ini menawarkan pemandangan menarik sekaligus tantangan bagi penyuka jalur tanjakan.
Pada saat bersamaan, Awei (56), Wei Min (45), dan San San (49) mengawali perjalanan dari Lapangan Sempur, Kota Bogor, Kamis sekitar pukul 07.00. Dari sana, mereka baru bertolak ke Orchard Walk di Bogor Nirwana Residence (BNR). Lokasi itu biasanya menjadi titik kumpul penggowes dari Jakarta atau Bogor yang akan menjajal rute Tajurhalang di Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor.
Dari BNR menuju Patung Kuda di Cijulang, Bogor, pesepeda dapat memilih medan jalan dan jarak tempuh mulai dari 24 km sampai 26 km pergi-pulang. Jalur alam bebas yang medannya lebih berat dapat ditempuh menuju Goa Langkop. Di rute ini, pesepeda dapat menikmati sensasi tanjakan dengan kemiringan 45 derajat. Selain tantangan medan, mereka juga mendapat suguhan pemandangan Gunung Salak yang indah. Pada titik ketinggian tertentu menjelang Cijulang, pesepeda bisa melihat Kota Bogor, bahkan jika cuaca cerah bisa melihat sebagian wajah Jakarta.
”Ini rute favorit karena tidak terlalu berat. Ibu saya yang usianya 70 tahun juga masih bisa sampai ke Cijulang,” kata Wei Min yang punya toko sepeda di Jalan Semeru, Kota Bogor.
Pesepeda di alam bebas harus siap berimprovisasi dengan rute yang dilaluinya. Rute petualangan sering kali berubah menjadi perumahan atau jalan beraspal.
Sigit (50) dari komunitas Adventuriders, misalnya, mengaku beberapa kali terkejut. Jalan tanah yang bulan lalu dilalui sudah menjadi rumah orang. Namun, bersepeda di alam bebas tetap saja menantang.
Wah.. terima kasih om.. artikle kompas juga di posting disini! salam Adventuriders
ReplyDeleteBagi rekan-rekan yang membutuhkan terapi ruqyah syar'iyyah silahkan hubungi link ini https://www.diruqyahsaja.com/2018/12/tempat-ruqyah-di-cibubur.html
ReplyDeleteBaik pak tulisan ini menjelaskan dengan baik sehingga kami tertarik bergabung komunitas adventure
ReplyDelete