Thursday, April 3, 2008

2nd Article @ sepeda as hobi baru




Setelah menulis artikel pertama yang jauh dari sempurna; susunan kata-kata yang amburadul, spasi yang berantakan, garis batas paragraf yang tidak konsisten, foto-foto yang kebesaran dan narsis, alur cerita yang melompat-lompat dan tidak lengkap, uraian yang tidak jelas, dan seabrek kekurangan lainnya, namun penulis sudah memulainya; memulai untuk menulis adalah awalan yang mungkin tidak pernah terpikir sebelumnya. Banyak orang awam selalu memberi petuah ini; kalau mau jadi penyanyi maka mulailah menyanyi, kalo mau jadi pekerja maka mulailah bekerja, kalo mau jadi pengusaha maka mulailah berusaha, kalau mau jadi penulis maka mulailah menulis. I did it, didn’t I?

Wah, kelihatannya memang perlu banyak belajar lagi untuk memyempurnakan teknik menulis, mungkin juga penulis harus beli buku referensi mengenai hal itu, atau kalau lagi bokek mungkin cara termurah dan tercepat adalah browsing di internet dan cari referensi gratisan ya.

Kali ini, penulis ingin sharing sedikit tentang persepedaan, olah raga yang mulai mewabah (lagi) dimasyarakat, paling tidak mulai digandrungi lagi oleh warga kota.

Have anyone seen bicycle riders with yellow tag on its bike? I bet you have. Yup, benar sekali, yellow tag dengan logo B2W (baca: Bike To Work). Sebuah komunitas bersepeda telah terbentuk beberapa tahun yang lalu dengan tujuan membudayakan sepeda sebagai moda transportasi yang bebas polusi sekaligus menyehatkan. Sejarah komunitas ini berikut visi dan misinya serta aktivitas mereka dapat di telusuri lebih lanjut di link berikut: www.b2w-indonesia.or.id .

Penulis adalah salah satu “korban” dari “racun” yang ditebarkan para senior pengendara sepeda di tahun 2006. Sejak saat itu penulis semakin mencintai hobi ini, sekaligus sebagai sebuah wujud pembalasan dendam atas masa kecil yang rupanya kurang dipuaskan oleh sepeda (baca: masa kecil kurang bahagia). Apapun alasannya, penulis menemukan olah raga yang memiliki kombinasi antara pengetahuan teknis, tekhnologi, kesenangan, tantangan, rekreasi, dan adrenalin. Sepeda bukanlah olah raga high impact yang menjamin otot untuk berkontraksi secara perlahan, sehingga bisa disebut beresiko rendah. Tetapi memang ada beberapa aliran sepeda yang juga mengandung resiko tinggi dan membutuhkan ketrampilan khusus yang harus dipelajari lebih dulu.

Aktivitas bersepeda semakin banyak ditemukan dimana-mana, mulai di perumahan-perumahan yang diwujudkan dalam bentuk komunitas sepeda, lalu acara-acara fun bike di tiap kota hampir setiap satu bula sekali, kemudian dijalan raya ketika pagi hari dan sore hari(yang ini biasanya adalah pesepeda yang tergabung dalam komunitas B2W). Pada hari-hari week end dan hari libur nasional, kerap kali digunakan oleh para pesepeda untuk melakukan touring maupun side seeing.

Sebagai pengendara pemula penulis mencoba mencari tahu apa saja jenis sepeda dan peruntukannya, sehingga paling tidak akan menemukan sepeda yang sesuai dengan pemakaiannya. Ada begitu banyak aliran sepeda yang ditentukan berdasarkan medan lintasan yang akan dilalui. Dimulai dari Time Trial Bike, Road Bike atau Racing Bike alias Sepeda Balap, Urban Bike untuk penggunaan di dalam kota, Cross Bike untuk dual function di jalanan maupun off road, Cross Country Bike, Enduro Bike, Cross Country Race Bike, All Mountain Bike, Down Hill Bike, Dirt Jump Bike, FreeRide Bike, Trial Bike, BMX, dan Folding Bike.

Harga sepeda juga sangat bervariasi dan biasanya dipengaruhi oleh jenis material frame (rangka sepeda), technology, drive train atau group set, dan pemilihan spare part lainnya seperti fork dan suspensi belakang. Rangka sepeda dahulu menggunakan pipa besi yang berat, kemudian berkembang menggunakan paduan logam lainnya (alloy), berkembang kemudian menggunakan alumunium alloy yang ringan, lalu menggunakan Titanium yang sangat ringan dan memiliki kekuatan mekanis yang tinggi, lalu yang terakhir adalah digunakannya serat karbon (carbon fibre) yang sangat ringan.
Range harganya dimulai dari 1 juta rupiah sampai dengan 100 juta rupiah. Sepeda yang di produksi di dalam negeri juga sudah dikenal memiliki kualitas yang baik dengan harga yang relative terjangkau..


Dikala hari-hari cerah biasanya penulis ber-B2W ria setiap hari Rabu atau Jumat dengan rute Cibubur-Jl. Raya Bogor-Pasar Rebo-Pasar Minggu. Lumayanlah untuk mencari keringat dengan jarak tempuh kurang lebih 14 kilometer. Pada waktu Sabtu atau Minggu acara persepedaan biasanya tambah seru. Beberapa teman-teman di lingkungan rumah biasanya berkumpul dan bersepeda bersama ke beberapa tempat yang biasa digunakan oleh pesepeda untuk ber-cross country ringan seperti Buperta Cibubur dan Lingkungan Kampus UI Depok. Kemudian secara berkala kelompok pesepeda ini melakukan touring dan juga mencari jalur lintasan baru.

Di tengah kondisi jalan raya yang hari-hari dipenuhi dengan kemacetan, komunitas B2w berusaha mensosialisasikan moda transportasi yang ramah lingkungan (tidak menghasilkan polusi) dan menyehatkan. Misi ini serasa pas di tengah isu global warming dan upaya dunia dalam menyelamatkan lingkungan hidup (Save the Planet Movement).

Dengan bersepeda rutin terasa sekali manfaatnya bagi kesehatan dan kebugaran tubuh, maupun kesehatan mental. Ada kepuasan tersendiri ketika bersepeda di lingkungan pedesaan dan di alam terbuka. Udaranya yang bersih, segar dan bebas polusi, juga pemandangan alamnya yang mempesona seperti persawahan, ladang dan kebun palawija, jalan setapak, hutan perawan, danau alami, empang, sungai, semak belukar, pohon yang rindang dan rerumputan. Ditambah lagi sering dijumpai perkampungan penduduk yang masih memiliki jalan tanah dan hampir tidak memiliki jalan beton ataupun aspal. Kepolosan para petani dan penduduk pedesaan juga menambah ketentraman hati ketika kita melintasi mereka dan mencoba menjalin percakapan sederhana dengan mereka. Bersepeda tidak lagi semata menjadi kegiatan fisik karena ketika kita menemui hal-hal di atas, ada banyak sekali dimensi bathiniah yang kita rasakan di sana. Seluruh rasa itu terakumulasi menjadi sebuah kepuasan bathin. Sebuah hal yang sulit didapat di lingkungan perkotaan dan keseharian hidup yang dipenuhi dengan melulu aktifitas pekerjaan. Juga hal itu sulit ditemukan di jenis oleh raga lainnya.

Semakin hari pesepeda semakin banyak dan hobi ini semakin meluas di masyarakat. Mungkin hal ini disebabkan semakin terbatasnya sarana umum untuk berolahraga yang disediakan oleh pemerintah daerah. Sehingga masing-masing individu berusaha menyediakan sendiri sarana berolahraganya. Tuntutan berolah raga memang menjadi keharusan bagi setiap orang seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan. Yuk, kita ajak teman-teman, tetangga dan handai tolan untuk bersepeda. It’s time for us to save planet – itulah misi dahsyatnya. It’s time for us to take care our own health – inilah kewajiban masing-masing individu.



-Prihandoko-